Jumat, 09 Desember 2011

AC MILAN

Ac Milan adalah sebuah klub sepak bola Italia yang berbasis di Milan. Mereka bermain dengan seragam bergaris merah-hitam dan celana hitam, sehingga dijuluki Rossoneri(“merah-hitam”). Milan adalah tim tersukses kedua dalam sejarah persepak bolaan Italia, menjuarai Seri A 17 kali dan Piala Italia lima kali.
Klub ini didirikan pada tahun 1899 dengan nama Klub Kriket dan Sepak bola Milan (Milan Cricket and Football Club) oleh Alfred Edwards, seorang ekspatriat Inggris. Sebagai penghormatan terhadap asal-usulnya, Milan tetap menggunakan ejaan bahasa Inggris nama kotanya (Milan) daripada menggunakan ejaan bahasa Italia Milano.
Stadion tim saat ini adalah Stadion Giuseppe Meazza atau yang dikenal dengan sebutanSan Siro yang berkapasitas 85.000 orang. Stadion ini digunakan bersama denganInternazionale (”Inter milan”), klub besar lain di Milan. Suporter AC Milan menggunakan “San Siro” untuk menyebut stadion itu karena dulunya Giuseppe Meazza merupakan seorang pemain bintang bagi Inter.
Secara sejarah, AC Milan (dipanggil dengan “Milan” saja di Italia) didukung oleh para pekerja dan para buruh di Milan, sementara Inter lebih didukung orang-orang kaya. Meskipun begitu, pada beberapa tahun terakhir, basis pendukung telah banyak berubah. Milan kini dimiliki oleh raja media dan perdana menteri Italia saat ini, Silvio Berlusconi

Stadion:
Giuseppe Meazza (sansiro)

Giuseppe Meazza (sansiro)

Pemain Bintang yang pernah dan masih dimiliki
Renzo De Vecchi, Cesare Maldini, Karl Heinz Schnellinger, Kurt Hamrin, Sandro Salvadore, Juan Alberto Schiaffino, Jose Altafini, Gunnar Gren, Ruud Gullit, Marco van Basten, Frank Rijkaard, Gunnar Nordahl, Nils Liedholm, Gianni Rivera, Luther Blissett, Franco Baresi, Giovanni Trapattoni, Angelo Sormani, Roberto Donadoni, George Weah, Demetrio Albertini, Paolo Di Canio, Roberto Baggio, Zvonimir Boban, Gianluigi Lentini, Carlo Ancelotti, Paolo Maldini, Alessandro Costacurta, Cafu, Andriy Shevchenko, Hernán Crespo, Filippo Inzaghi, Jean-Pierre Papin, Dejan Savicevic, Ray Wilkins, Jimmy Greaves, Jaap Stam, Alessandro Nesta, Kaká, Ronaldinho, pato.

Kapten Milan yang baru saja pensiun :
paolo maldini

legenda milan

nah, ini profil nya:
Nama : Paolo maldini
Lahir : 26/06/1968 (Milan)
Posisi : Defender
Height : 1.86m
Weight: 83 Kg
Negara: Italy
Pertandingan professional pertama melawan : Udinese – Milan : 1-1 on 20/01/1985

Kostim yang pernah dipakai AC MILAN:
kostim

kostim

daftar juara yang pernah di dapat :

Seri A:
Juara (17): 1901; 1906; 1907; 1950-51; 1954-55; 1956-57; 1958-59; 1961-62; 1967-68; 1978-79; 1987-88; 1991-92; 1992-93; 1993-94; 1995-96; 1998-99; 2003-2004

Seri B:
Juara (2): 1980–81; 1982–83

Copa Italia:
Juara (5): 1966–67; 1971–72; 1972–73; 1976–77; 2002-03
Runner-up (7): 1941–42; 1967–68; 1970–71; 1974–75; 1984–85; 1989-90; 1997-98

Piala Super Italia:
Juara (5): 1988; 1992; 1993; 1994; 2004
Runner-up (3): 1996; 1999; 2003

Piala/Liga Champions:
Juara (7): 1962-63; 1968-69; 1988-89; 1989-90; 1993-94; 2002-03; 2006-07
Runner-up (4): 1957-58; 1992-93; 1994-95; 2004-05

Piala Super Eropa:
Juara (5): 1989; 1990; 1994; 2003; 2007
Runner-up (2): 1973; 1993

Piala Winners:
Juara (2): 1967–68; 1972–73
Runner-up (1): 1973–74

Piala Interkontinental / Piala Dunia Antarklub FIFA:
Juara (4):1969; 1989; 1990; 2007
Runner-up (4): 1963; 1993; 1994; 2003

Skuad musim ini :
No. Posisi Nama pemain

1 GK Nélson “Dida” de Jesus Silva
4 DF Kakhaber “Kakha” Kaladze
5 DF Oguchi Onyewu
7 FW Alexandre Pato
8 MF Gennaro Gattuso (Wakil Kapten)
9 FW Filippo Inzaghi
10 MF Clarence Seedorf
11 FW Klaas-Jan Huntelaar
12 GK Christian Abbiati
13 DF Alessandro Nesta
15 DF Gianluca Zambrotta
16 MF Mathieu Flamini
17 FW Gianmarco Zigoni
18 DF Marek Jankulovski
19 DF Giuseppe Favalli
20 MF Ignazio Abate
21 MF Andrea Pirlo
22 FW Marco Borriello
23 MF Massimo Ambrosini ( Kapten)
25 DF Daniele Bonera
30 FW Amantino Mancini (Pinjaman dari klub Inter Milan)
31 GK Flavio Roma
32 MF David Beckham (Pinjaman dari klub LA Galaxy)
33 DF Thiago Emiliano da Silva
40 FW Dominic Adiyiah
44 DF Massimo Oddo
50 GK Fillipo Perucchini (Dari AC Milan Primavera)
51 MF Rodney Strasser
58 FW Simone Verdi
77 DF Luca Antonini
80 FW de Assis Ronaldinho

Pelatih AC MILAN sekarang:
Massimiliano Allegri

Massimiliano Allegri

Musim 2010/2011, Milan dipimpin oleh Massimiliano Allegri, dengan berbagai pembaruan mulai dari sponsor (bwin.com digantikan Emirates), hingga lini pemain. Di akhir bursa transfer, secara mengejutkan Milan memboyong Zlatan Ibrahimovic dari F.C. Barcelona (dengan opsi pinjaman dan pembelian 24 juta Euro di akhir musim), dan Robinho dari Manchester City.

Indonesia tidak pernah dijajah selama 350 tahun oleh Belanda

Masyarakat awam selalu mengatakan bahwa kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Benarkah demikian? Untuk ke sekian kalinya, harus ditegaskan bahwa "Tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun". Masyarakat memang tidak bisa disalahkan karena anggapan itu sudah tertulis dalam buku-buku pelajaran sejarah sejak Indonesia merdeka! Tidak bisa disalahkan juga ketika Bung Karno mengatakan, "Indonesia dijajah selama 350 tahun!" Sebab, ucapan ini hanya untuk membangkitkan semangat patriotisme dan nasionalisme rakyat Indonesia saat perang kemerdekaan (1946-1949) menghadapi Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia.

Bung Karno menyatakan hal ini agaknya juga untuk meng-counter ucapan para penguasa Hindia Belanda. De Jong, misalnya, dengan arogan berkata, "Belanda sudah berkuasa 300 tahun dan masih akan berkuasa 300 tahun lagi!" Lalu Colijn yang dengan pongah berkoar, "Belanda tak akan tergoyahkan karena Belanda ini sekuat (Gunung) Mount Blanc di Alpen."

Tulisan ini akan menjelaskan bahwa anggapan yang sudah menjadi mitos itu, tidak benar. Mari kita lihat sejak kapan kita (Indonesia) dijajah dan kapan pula penjajahan itu berakhir.

Kedatangan penjajah

Pada 1511, Portugis berhasil menguasai Malaka, sebuah emporium yang menghubungkan perdagangan dari India dan Cina. Dengan menguasai Malaka, Portugis berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah seperti lada, cengkeh, pala, dan fuli dari Sumatra dan Maluku. Pada 1512, D`Albuquerque mengirim sebuah armada ke tempat asal rempah-rempah di Maluku. Dalam perjalanan itu mereka singgah di Banten, Sundakalapa, dan Cirebon. Dengan menggunakan nakhoda-nakhoda Jawa, armada itu tiba di Kepulauan Banda, terus menuju Maluku Utara, akhirnya tiba juga di Ternate.

Di Ternate, Portugis mendapat izin untuk membangun sebuah benteng. Portugis memantapkan kedudukannya di Maluku dan sempat meluaskan pendudukannya ke Timor. Dengan semboyan "gospel, glory, and gold" mereka juga sempat menyebarkan agama Katolik, terutama di Maluku. Waktu itu, Nusantara hanyalah merupakan salah satu mata rantai saja dalam dunia perdagangan milik Portugis yang menguasai separuh dunia ini (separuh lagi milik Spanyol) sejak dunia ini dibagi dua dalam Perjanjian Tordesillas tahun 1493. Portugis menguasai wilayah yang bukan Kristen dari 100 mil di sebelah barat Semenanjung Verde, terus ke timur melalui Goa di India, hingga kepulauan rempah-rempah Maluku. Sisanya (kecuali Eropa) dikuasai Spanyol.

Sejak dasawarsa terakhir abad ke-16, para pelaut Belanda berhasil menemukan jalan dagang ke Asia yang dirahasiakan Portugis sejak awal abad ke-16. Pada 1595, sebuah perusahaan dagang Belanda yang bernama Compagnie van Verre membiayai sebuah ekspedisi dagang ke Nusantara. Ekpedisi yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman ini membawa empat buah kapal. Setelah menempuh perjalanan selama empat belas bulan, pada 22 Juni 1596, mereka berhasil mendarat di Pelabuhan Banten. Inilah titik awal kedatangan Belanda di Nusantara.

Kunjungan pertama tidak berhasil karena sikap arogan Cornelis de Houtman. Pada 1 Mei 1598, Perseroan Amsterdam mengirim kembali rombongan perdagangannya ke Nusantara di bawah pimpinan Jacob van Neck, van Heemskerck, dan van Waerwijck. Dengan belajar dari kesalahan Cornelis de Houtman, mereka berhasil mengambil simpati penguasa Banten sehingga para pedagang Belanda ini diperbolehkan berdagang di Pelabuhan Banten. Ketiga kapal kembali ke negerinya dengan muatan penuh. Sementara itu, kapal lainnya meneruskan perjalanannya sampai ke Maluku untuk mencari cengkih dan pala.

Dengan semakin ramainya perdagangan di perairan Nusantara, persaingan dan konflik pun meningkat. Baik di antara sesama pedagang Belanda maupun dengan pedagang asing lainnya seperti Portugis dan Inggris. Untuk mengatasi persaingan yang tidak sehat ini, pada 1602 di Amsterdam dibentuklah suatu wadah yang merupakan perserikatan dari berbagai perusahaan dagang yang tersebar di enam kota di Belanda. Wadah itu diberi nama Verenigde Oost-Indische Compagnie (Serikat Perusahaan Hindia Timur) disingkat VOC.

Pemerintah Kerajaan Belanda (dalam hal ini Staaten General), memberi "izin dagang" (octrooi) pada VOC. VOC boleh menjalankan perang dan diplomasi di Asia, bahkan merebut wilayah-wilayah yang dianggap strategis bagi perdagangannya. VOC juga boleh memiliki angkatan perang sendiri dan mata uang sendiri. Dikatakan juga bahwa octrooi itu selalu bisa diperpanjang setiap 21 tahun. Sejak itu hanya armada-armada dagang VOC yang boleh berdagang di Asia (monopoli perdagangan).

Dengan kekuasaan yang besar ini, VOC akhirnya menjadi "negara dalam negara" dan dengan itu pula mulai dari masa Jan Pieterszoon Coen (1619-1623, 1627-1629) sampai masa Cornelis Speelman (1681-1684) menjadi Gubernur Jenderal VOC, kota-kota dagang di Nusantara yang menjadi pusat perdagangan rempah-rempah berhasil dikuasai VOC. Batavia (sekarang Jakarta) menjadi pusat kedudukan VOC sejak 1619, Ambon dikuasai tahun 1630. Beberapa kota pelabuhan di Pulau Jawa baru diserahkan Mataram kepada VOC antara tahun 1677-1705. Sementara di daerah pedalaman, raja-raja dan para bupati masih tetap berkuasa penuh. Peranan mereka hanya sebatas menjadi "tusschen personen" (perantara) penguasa VOC dan rakyat.

"Power tends to Corrupt." Demikian kata Lord Acton, sejarawan Inggris terkemuka. VOC memiliki kekuasaan yang besar dan lama, VOC pun mengalami apa yang dikatakan Lord Acton. Pada 1799, secara resmi VOC dibubarkan akibat korupsi yang parah mulai dari "cacing cau" hingga Gubernur Jenderalnya. Pemerintah Belanda lalu menyita semua aset VOC untuk membayar utang-utangnya, termasuk wilayah-wilayah yang dikuasainya di Indonesia, seperti kota-kota pelabuhan penting dan pantai utara Pulau Jawa.

Selama satu abad kemudian, Hindia Belanda berusaha melakukan konsolidasi kekuasaannya mulai dari Sabang-Merauke. Namun, tentu saja tidak mudah. Berbagai perang melawan kolonialisme muncul seperti Perang Padri (1821-1837), Perang Diponegoro (1825-1830), Perang Aceh (1873-1907), Perang di Jambi (1833-1907), Perang di Lampung (1834-1856), Perang di Lombok (1843-1894), Perang Puputan di Bali (1846-1908), Perang di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah (1852-1908), Perlawanan di Sumatra Utara (1872-1904), Perang di Tanah Batak (1878-1907), dan Perang Aceh (1873-1912).

Peperangan di seluruh Nusantara itu baru berakhir dengan berakhirnya Perang Aceh. Jadi baru setelah tahun 1912, Belanda benar-benar menjajah seluruh wilayah yang kemudian menjadi wilayah Republik Indonesia (kecuali Timor Timur). Jangan lupa pula bahwa antara 1811-1816, Pemerintah Hindia Belanda sempat diselingi oleh pemerintahan interregnum (pengantara) Inggris di bawah Letnan Gubernur Thomas Stamford Raffles.

Saat-saat akhir

Pada 7 Desember 1941, Angkatan Udara Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagano melancarkan serangan mendadak ke pangkalan angkatan laut AS di Pearl Harbour, Hawaii. Akibat serangan itu kekuatan angkatan laut AS di Timur Jauh lumpuh. AS pun menyatakan perang terhadap Jepang. Demikian pula Belanda sebagai salah satu sekutu AS menyatakan perang terhadap Jepang.

Pada 18 Desember 1941, pukul 06.30, Gubernur Jenderal Hindia Belanda Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer melalui radio menyatakan perang terhadap Jepang. Pernyataan perang tersebut kemudian direspons oleh Jepang dengan menyatakan perang juga terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada 1 Januari 1942. Setelah armada Sekutu dapat dihancurkan dalam pertempuran di Laut Jawa maka dengan mudah pasukan Jepang mendarat di beberapa tempat di pantai utara Pulau Jawa.

Pemerintah Kolonial Hindia Belanda memusatkan pertahanannya di sekitar pegunungan Bandung. Pada waktu itu kekuatan militer Hindia Belanda di Jawa berjumlah empat Divisi atau sekitar 40.000 prajurit termasuk pasukan Inggris, AS, dan Australia. Pasukan itu di bawah komando pasukan sekutu yang markas besarnya di Lembang dan Panglimanya ialah Letjen H. Ter Poorten dari Tentara Hindia Belanda (KNIL). Selanjutnya kedudukan Pemerintah Kolonial Belanda dipindahkan dari Batavia (Jakarta) ke Kota Bandung.

Pasukan Jepang yang mendarat di Eretan Wetan adalah Detasemen Syoji. Pada saat itu satu detasemen pimpinannya berkekuatan 5.000 prajurit yang khusus ditugasi untuk merebut Kota Bandung. Satu batalion bergerak ke arah selatan melalui Anjatan, satu batalion ke arah barat melalui Pamanukan, dan sebagian pasukan melalui Sungai Cipunagara. Batalion Wakamatsu dapat merebut lapangan terbang Kalijati tanpa perlawanan berarti dari Angkatan Udara Inggris yang menjaga lapangan terbang itu.

Pada 5 Maret 1942, seluruh detasemen tentara Jepang yang ada di Kalijati disiapkan untuk menggempur pertahanan Belanda di Ciater dan selanjutnya menyerbu Bandung. Akibat serbuan itu tentara Belanda dari Ciater mundur ke Lembang yang dijadikan benteng terakhir pertahanan Belanda.

Pada 6 Maret 1942, Panglima Angkatan Darat Belanda Letnan Jenderal Ter Poorten memerintahkan Komandan Pertahanan Bandung Mayor Jenderal J. J. Pesman agar tidak mengadakan pertempuran di Bandung dan menyarankan mengadakan perundingan mengenai penyerahan pasukan yang berada di garis Utara-Selatan yang melalui Purwakarta dan Sumedang. Menurut Jenderal Ter Poorten, Bandung pada saat itu padat oleh penduduk sipil, wanita, dan anak-anak, dan apabila terjadi pertempuran maka banyak dari mereka yang akan jadi korban.

Pada 7 Maret 1942 sore hari, Lembang jatuh ke tangan tentara Jepang. Mayjen J. J. Pesman mengirim utusan ke Lembang untuk merundingkan masalah itu. Kolonel Syoji menjawab bahwa untuk perundingan itu harus dilakukan di Gedung Isola (sekarang gedung Rektorat UPI Bandung). Sementara itu, Jenderal Imamura yang telah dihubungi Kolonel Syoji segera memerintahkan kepada bawahannya agar mengadakan kontak dengan Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborgh Stachouwer untuk mengadakan perundingan di Subang pada 8 Maret 1942 pagi. Akan tetapi, Letnan Jenderal Ter Poorten meminta Gubernur Jenderal agar usul itu ditolak.

Jenderal Imamura mengeluarkan peringatan bahwa "Bila pada 8 Maret 1942 pukul 10.00 pagi para pembesar Belanda belum juga berangkat ke Kalijati maka Bandung akan dibom sampai hancur." Sebagai bukti bahwa ancaman itu bukan sekadar gertakan, di atas Kota Bandung tampak pesawat-pesawat pembom Jepang dalam jumlah besar siap untuk melaksanakan tugasnya.

Melihat kenyataan itu, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda beserta para pembesar tentara Belanda lainnya berangkat ke Kalijati sesuai dengan tanggal dan waktu yang telah ditentukan. Pada mulanya Jenderal Ter Poorten hanya bersedia menyampaikan kapitulasi Bandung. Namun, karena Jenderal Imamura menolak usulan itu dan akan melaksanakan ultimatumnya. Akhirnya, Letnan Jenderal Ter Poorten dan Gubernur Jenderal Tjarda menyerahkan seluruh wilayah Hindia Belanda kepada Jepang tanpa syarat. Keesokan harinya, 9 Maret 1942 pukul 08.00 dalam siaran radio Bandung, terdengar perintah Jenderal Ter Poorten kepada seluruh pasukannya untuk menghentikan segala peperangan dan melakukan kapitulasi tanpa syarat.

Itulah akhir kisah penjajahan Belanda. Setelah itu Jepang pun menduduki Indonesia hingga akhirnya merdeka 17 Agustus 1945. Jepang hanya berkuasa tiga tahun lima bulan delapan hari.

Analisis

Berdasarkan uraian di atas, kita bisa menghitung berapa lama sesungguhnya Indonesia dijajah Belanda. Kalau dihitung dari 1596 sampai 1942, jumlahnya 346 tahun. Namun, tahun 1596 itu Belanda baru datang sebagai pedagang. Itu pun gagal mendapat izin dagang. Tahun 1613-1645, Sultan Agung dari Mataram, adalah raja besar yang menguasai seluruh Jawa, kecuali Banten, Batavia, dan Blambangan. Jadi, tidak bisa dikatakan Belanda sudah menjajah Pulau Jawa (yang menjadi bagian Indonesia kemudian).

Selama seratus tahun dari mulai terbentuknya Hindia Belanda pascakeruntuhan VOC (dengan dipotong masa penjajahan Inggris selama 5 tahun), Belanda harus berusaha keras menaklukkan berbagai wilayah di Nusantara hingga terciptanya Pax Neerlandica. Namun, demikian hingga akhir abad ke-19, beberapa kerajaan di Bali, dan awal abad ke-20, beberapa kerajaan di Nusa Tenggara Timur, masih mengadakan perjanjian sebagai negara bebas (secara hukum internasional) dengan Belanda. Jangan pula dilupakan hingga sekarang Aceh menolak disamakan dengan Jawa karena hingga 1912 Aceh adalah kerajaan yang masih berdaulat. Orang Aceh hanya mau mengakui mereka dijajah 33 tahun saja.

Kesimpulannya, tidak benar kita dijajah Belanda selama 350 tahun. Yang benar adalah, Belanda memerlukan waktu 300 tahun untuk menguasai seluruh Nusantara.


Penulis, Guru Besar Ilmu Sejarah Unpad/Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia Cabang Jawa Barat/Ketua Pusat Kebudayaan Sunda Fakultas Sastra Unpad.

10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

Terdapat 10 bahasa terbesar di dunia yang paling banyak ditututkan oleh umat manusia di belahan bumi ini. Saat ini mungkin katalog bahasa terlengkap adalah katalog yang dikeluarkan oleh Organisasi Ethnologue. Dalam edisi ke-16 versi elektronis Ethnologue : Languages of the World, ada setidaknya 6.909 bahasa yang masih dibicarakan saat ini.

Menurut Ethnologue, saat ini ada sekitar 6.912 bahasa yang dituturkan orang di seluruh dunia. Jumlah ini tentu saja masih diragukan keakuratannya karena tiap hari ada bahasa baru yang mungkin muncul, sebaliknya ada pula bahasa yang punah. Bahasa Indonesia masuk dalam 10 besar bahasa yang memiliki jumlah penutur terbanyak di dunia.

Dan Inilah 10 Bahasa Yang Paling Banyak Digunakan di Dunia

1. Bahasa Mandarin

Bahasa Mandarin adalah dialek Bahasa Tionghoa yang dituturkan di sepanjang utara dan barat daya Republik Rakyat Cina. Kata “Mandarin”, dalam bahasa Inggris (dan mungkin juga Indonesia), digunakan untuk menerjemahkan beberapa istilah Cina yang berbeda yang merujuk kepada kategori-kategori bahasa Cina lisan. Dalam pengertian yang sempit, Mandarin berarti Putonghua dan Guoyu yang merupakan dua bahasa standar yang hampir sama yang didasarkan pada bahasa lisan Beifanghua*.



2. Bahasa Inggris

Bahasa Inggris adalah sebuah bahasa yang berasal dari Inggris, merupakan bahasa utama di Britania Raya (termasuk Inggris), Amerika Serikat, serta banyak negara lainnya, dan termasuk rumpun bahasa Jermanik Barat.

Bahasa ini berawal dari kombinasi antara beberapa bahasa lokal yang dipakai oleh orang-orang Norwegia, Denmark, dan Anglo-Saxon dari abad ke-6 sampai 10. Lalu pada tahun 1066 dengan ditaklukkan Inggris oleh William the Conqueror, sang penakluk dari Normandia, Perancis Utara, maka bahasa Inggris dengan sangat intensif mulai dipengaruhi bahasa Latin dan bahasa Perancis.



3. Bahasa Hindi

Bahasa Hindi adalah bahasa resmi di India selain Bahasa Inggris, dan bahasa ini merupakan salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia setelah Bahasa Tionghoa dan Bahasa Inggris.

Bahasa ini merupakan saudara kembar Bahasa Urdu. Bahasa Hindi menjadi bahasa nasional India selain Bahasa Inggris. Disamping itu menjadi bahasa resmi di negara bagian Himachal Pradesh, Delhi, Haryana, Uttar Pradesh, Chandigarh, Bihar, Madhya Pradesh dan Rajashtan. Disamping itu, juga dipakai luas di kota Bombai dan Hyderabad. Sekitar 180 juta orang India menganggap bahasa Hindi sebagai bahasa ibunya, sedangkan 300 juta lainnya menggunakannya sebagai bahasa kedua atau kesekian.



4. Bahasa Spanyol

Bahasa Spanyol adalah suatu bahasa Iberia-Roman, dan bahasa keempat yang paling banyak digunakan di dunia. Bahasa Spanyol merupakan bahasa pertama bagi sekitar 500 juta orang di dunia, atau bagi 600 juta orang jika termasuk non-penutur asli (menurut perkiraan pada tahun 1999). Mayoritas penutur bahasa Spanyol kebanyakan di Amerika Latin.



5. Bahasa Rusia

Bahasa Rusia merupakan bahasa terbesar ke-5 dari segi jumlah penuturnya, (setelah bahasa Mandarin, Inggris, Spanyol dan Hindi), dan merupakan bahasa resmi Perserikatan Bangsa Bangsa (selain bahasa Arab, Prancis, Mandarin, Inggris dan Spanyol), dengan jumlah penutur sebanyak 278 juta jiwa, bahasa Rusia dituturkan secara luas di 17 negara di 2 benua dan menempati peringkat ke 5 terbesar setelah bahasa Mandarin, Inggris, Hindi dan Spanyol.



6. Bahasa Arab

Bahasa Arab adalah salah satu bahasa Semitik Tengah, yang termasuk dalam rumpun bahasa Semitik dan berkerabat dengan bahasa Ibrani dan bahasa-bahasa Neo Arami. Bahasa Arab memiliki lebih banyak penutur daripada bahasa-bahasa lainnya dalam rumpun bahasa Semitik. Ia dituturkan oleh lebih dari 280 juta orang sebagai bahasa pertama, yang mana sebagian besar tinggal di Timur Tengah dan Afrika Utara.



7. Bahasa Bengali

Bahasa Bengali adalah anak cabang dari Bahasa Indo-Arya. Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dengan jumlah penutur terbanyak di dunia, dengan penutur lebih dari 200 juta jiwa yang masing-masing berada di Bangladesh (sekitar 120 juta), India (±70 juta). Di India, Bahasa Bengali dituturkan di negara bagian Bengala Barat, Assam, Tripura hingga Manipur, di samping penutur yang tersebar di berbagai penjuru dunia. Bahasa Bengali dibagi menjadi dua dialek sosial yakni, yang disebut sebagai Shadhu Bhasa (yakni bahasa standar)yang didasarkan pada dialek kota Kolkata, sedangkan Cholit Bhasa adalah bahasa non-standar yang tergantung pada wilayah tutur Bahasa itu sendiri. Di Bangladesh, bahasa Bengali didasarkan pada dialek yang dipakai di kota Dhaka.



8. Bahasa Portugis

Bahasa Portugis adalah sebuah bahasa Roman yang banyak dituturkan di Portugal, Brasil, Angola, Mozambik, Tanjung Verde, dan Timor Leste. Banyak ahli bahasa yang menganggap bahasa Galisia, bahasa daerah di Galisia, Spanyol, sebenarnya adalah sejenis Portugis yang telah dipengaruhi dengan kuat oleh bahasa Spanyol. Dengan lebih dari 200 juta penutur asli,

Portugis adalah salah satu bahasa yang dituturkan secara luas di dunia dan merupakan bahasa yang paling banyak dituturkan kelima atau keenam di dunia. Bahasa Portugis menjadi bahasa yang paling banyak digunakan di Amerika Selatan karena Brasil, dengan 184 juta penduduknya, membentuk sekitar 51% dari seluruh populasi Amerika Selatan. Bahasa Portugis menyebar ke penjuru dunia pada abad ke-15 dan abad ke-16 saat Portugal menciptakan kerajaan kolonial dan perdagangan pertama dan yang terlama di dunia pada zaman modern (1415–1975), dari Brasil di Amerika hingga Makau di Tiongkok. Hasilnya, bahasa Portugis kini adalah bahasa resmi di beberapa negara dan dituturkan atau dipelajari secara luas sebagai bahasa kedua di banyak negara lainnya. Hingga kini masih terdapat lebih dari 20 macam dialek Portugis. Portugis adalah bahasa minoritas yang penting di Andorra, Luxemburg dan Namibia. Komunitas imigran berbahasa Portugis yang besar terdapat di banyak kota di seluruh dunia, termasuk Paris di Perancis dan Boston, New Bedford (di Massachusetts), Cape Cod, dan Newark (di New Jersey) di Amerika Serikat. Portugis akrab dipanggil A língua de Camões (“Bahasa Camões”, dinamakan menurut Luís de Camões, pengarang Os Lusíadas); A última flor do Lácio (“Bunga terakhir Latium”).



9. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia diresmikan penggunaannya setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, tepatnya sehari sesudahnya, bersamaan dengan mulai berlakunya konstitusi. Di Timor Leste, bahasa Indonesia berstatus sebagai bahasa kerja. Dari sudut pandang linguistik, bahasa Indonesia adalah salah satu dari banyak ragam bahasa Melayu. Dasar yang dipakai adalah bahasa Melayu Riau (wilayah Kepulauan Riau sekarang)[4] dari abad ke-19.



Bahasa Indonesia menduduki peringkat 3 di Asia dan peringkat ke 26 di dunia dalam hal Tata bahasa terumit di dunia. Bahasa Indonesia juga mendunia di dunia maya, wikipedia berbahasa Indonesia telah menduduki peringkat 26 dari 250 wikipedia berbahasa asing di dunia dan peringkat 3 di Asia setelah bahasa Jepang dan Mandarin, selain itu bahasa Indonesia menjadi bahasa ke 3 yang paling banyak digunakan dalam postingan blog di wordpress. Bahasa Jawa menduduki posisi ke-11 bahasa yang terbanyak digunakan dengan jumlah penutur sekitar 84,6 juta orang. Bahasa Sunda menduduki posisi ke-31 dengan jumlah penutur sekitar 34 juta orang. Bahasa Indonesia sendiri menduduki posisi ke-41 dengan jumlah 23,2 juta orang (menurut sensus tahun 2000). Jumlah yang terdata ini bisa menjadi perdebatan, tetapi data inilah yang tercatat dalam Ethnologue

10. Bahasa Perancis

Bahasa Perancis (le français, la langue française) adalah salah satu bahasa paling penting dari kelompok bahasa Roman setelah bahasa Spanyol dan bahasa Portugis. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang paling banyak dituturkan ke-11 di dunia. Hingga tahun 1999, bahasa ini dituturkan oleh lebih dari 77 juta penduduk di dunia sebagai bahasa ibu dan oleh 128 juta jiwa lainnya sebagai bahasa kedua.

Bahasa Perancis juga dipakai sebagai bahasa resmi atau bahasa pemerintahan oleh beberapa komunitas dan organisasi, seperti Uni Eropa, IOC, PBB, dan FIFA.




sumber : Ethnologue: Languages of the World & Wikipedia.org.
http://nagapasha.blogspot.com

Sejarah Sepak Bola

Banyak orang menyangka sepak bola lahir di Inggris. Ternyata sepak bola yang dimaksud itu sepak bola modern, namun sebelum itu termyata sepak bola telah ditemukan sejak 3000 tahun yang lalu di berbagai pelosok dunia dalam bentuk yang berbeda-beda.

Bola pernah ditemukan bukti-buktinya sebagai permainan para prajurit China sekitar abad ke 2 - 3 zaman pemerintahan Dinasty Han. Belakangan ditemukan juga bukti keberadaan sepak bola di Kyoto, Jepang. Di Indonesia, sepak bola pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda, perkembangannya pun menjadikan sepak bola menjadi sebuah kelompok bergengsi pada saat itu.

Kelahiran sepak bola modern memang lahir dari Inggris. Keberadaannya pun digunakan sebagai olah raga "perang". Saat itu ada semacam kepentingan pelampiasan antara Inggris dan Scotland. Satu bola diperebutkan dua kampung. Permainannya pun cenderung kasar dan brutal. Gak heran kalau akhirnya banyak makan korban. Ada kisah yang menyeramkan pula. Bahwa sepak bola kuno di timur Inggris bukan menggunakan bola, melainkan kepala musuh prajurit perang lawan. Dengan cara dan pola permainan seperti itu, maka sepak bola akhirnya dilarang oleh pemerintahan Inggris.

King Edward III tahun 1331 mengeluarkan aturan untuk menghentikan permainan brutal ini. Sementara di Scotland, King James 1 pada tahun 1424 memproklamirkan kepada semua pria untuk tidak main bola - "That na man play at the Fute-ball". Begitu pun seterusnya.

Sayangnya, sepak bola sudah sangat populer hingga tidak ada yang bisa menghentikan permainan ini di masyarakat. Pada tahun 1815 sebuah kampus ternama di Inggris, Eton College mencoba membuat aturan permainan sepak bola. Aturan ini berkembang dan diterapkan di banyak perguruan tinggi, dimodifikasi hingga dikenal dengan nama Cambridge Rules tahun 1848. Namun pada perkembangannya pun aturan ini terpilah menjadi dua aturan besar, yaitu aturan Rugby School dan aturan Cambridge. Yang membedakannya saat itu adalah bola yang boleh dipegang dan dibawa berlari.

Pada tanggal 26 October 1863, sebelas klub dan sekolah London mengirimkan perwakilannya untuk sebuah pertemuan di Freemanson's Tavern untuk mengkukuhkan satu peraturan mendasar untuk aturan permainan yang akan mereka mainkan. Dari pertemuan ini lah lahir The Football Association. Kekuatan kelompok ini makin solid hingga membuat gerah penggemar Rugby. Pada tanggal 8 Desember 1863 para rugger (sebutan untuk rugby) memutuskan untuk berpisah. Kini ada Rugby School dan The Football Association.

Pada tahun 1869, para anggota The Football Association (sering disebut Asscociation) mulai mengkukuhkan larangan memegang bola saat bermain. Ini adalah awal aturan hands-ball.

Charles Wreford Brown adalah pemainrugger handal, rugger adalah sebutan rugby muncul dari istilah slang mahasiswa di Oxford yang gemar memendekkan sebutan lalu diberi imbuhan di akhir "er" - rug + er = rugger. Suatu ketika Charles ditawarkan apakan dirinya ingin bermain rugger? Namun dirinya menolak dengan menyebukan bahwa dirinya lebih suka SOCCER (slang dari kata AsSOCiation). Sejak itulah sebutan soccer mulai sering dipakai.

Tahun 1888, William McGregor - pengurus klub Aston Villa mendekati 12 klub soccer yang ada untuk melakukan tanding rutin yang kemudian diberi nama English Football League. Kedua belas klub itu adalah :

- Accrington (Old Reds)
- Aston Villa
- Blackburn Rovers
- Bolton Wanderers
- Burnley
- Derby County
- Everton
- Notts County
- Preston North End
- Stoke City
- West Bromwich Albion
- Wolverhampton Wanderers

Kick-off pertama kalinya liga ini dimulai tanggal 8 September 1888

Sejak itu, saya baru menyadari bahwa FOOTBALL adalah sebutan resmi, sementara SOCCER digunakan sebagai sebutan in-formal.

Disarikan dari berbagai sumber
http://nagapasha.blogspot.com

Sabtu, 03 Desember 2011

Lakon Wayang Dan Lakon Kita

Catatan N. Riantiarno
Menafsir kembali salah satu segmen dari lakon wayang, sudah dilakukan Teater Koma sejak 1978 (lakon Maaf.Maaf.Maaf). Dan sama seperti yang sering disebut oleh banyak dalang wayang, saya juga menyebut ‘penafsiran kembali’ itu sebagai carangan atau versi. Sumber utama lakon adalah Ramayana karya Walmiki dan epos Mahabharata karya Vyasa.
Pada masa Kerajaan Mataram Hindu, Ramayana dan Mahabharata yang mulanya ditulis dalam Bahasa Sanskerta diterjemankan ke dalam Bahasa Jawa Kuno. Peristiwa itu terjadi sekitar tahun 856. Gambar adegan lakon serta para tokohnya kemudian ditatahkan di dinding-dinding candi. Di zaman Kerajaan Kediri, cerita dan bentuk wayang disesuaikan lagi dengan budaya lokal. Tercatat dalam sejarah, raja-raja Kediri sejak Mpu Sendok (928-947) hingga Gusti Jayabaya (1130-1160), sangat memperhatikan perkembangan kesenian wayang. Banyak buku tentang wayang ditulis oleh para pujangga masa itu.
Pada zaman Kerajaan Majapahit, 1293-1528, wayang mengalami penyesuaian. Bentuk tokoh-tokoh wayang digambar di atas kertas atau kain dan diberi warna. Bentuk itu disebut Wayang Beber Purwa. Pementasannya diiringi gamelan slendro. Lakon yang ditulis kembali oleh para pujangga dan berbagai carangan lahir pula. Maka, pakem lakon yang berasal dari India itu, seakan makin memperoleh pengkayaan lewat tafsir kisah dan perubahan bentuk tokoh.
Majapahit runtuh dan Kerajaan Demak berdiri. Cerita dan bentuk wayang kembali mengalami penyesuaian, Raden Patah yang bergelar Sultan Sah Alam Akbar (1478-1518) dan Wali Songo (Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Giri, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria dan Sunan Gunungjati) mengubah sasaran lakon wayang menjadi salah satu medium penyebaran agama.
Bentuk wayang tidak lagi menyerupai manusia, tapi miring (pipih) dengan dua tangan yang bisa digerak-gerakan. Gambar-gambar tokoh dalam Wayang Beber Purwa Majapahit, dipilah satu-satu sehingga menjadi karakter yang mandiri. Bahan utama karakter wayang terbuat dari kulit kerbau yang ditatah halus, diwarnai (hitam-putih) dan diberi pegangan (gapit) yang bisa ditancapkan ke batang pisang (debog) atau kayu yang dilubangi. Tontonan wayang sangat digemari.
Lakon yang dibawakan bersumber dari Wayang Purwa. Pada masa Kerajaan Pajang, 1546-1586, bentuk wayang memiliki warna yang lebih bervariasi. Selain hitam dan putih, warna emas (prada) juga mulai dikenal. Banyak pula dalang kreatif yang melahirkan berbagai lakon carangan. Pakem lakon dari India ‘hanya’ dimanfaatkan sebagai narasumber imajinasi.
Tak bisa dipungkiri, Para Wali memang memiliki andil yang besar dalam upaya mengembangkan kesenian wayang. Sunan Giri mencipta Wayang Gedog tanpa raksasa dan kera untuk lakon Wayang Panji, 1563. Pada tahun yang sama, Sunan Bonang mencipta Wayang Beber Gedog. Dia juga menulis Serat Damarwulan dan Ratu Kenconowungu. Sunan Kalijaga mencipta topeng yang bentuknya mirip dengan karakter Wayang Purwa, 1586. Dan Sunan Kudus, 1584,mencipta wayang kayu berbentuk pipih dengan tangan terbuat dari kulit. Bentuk itu kemudian disebut Wayang Krucil atau Wayang Golek Purwa.
Pada Kerajaan Mataram Islam, pangeran Seda Krapyah (1601-1613) melakukan upaya penyesuaian lagi. Bentuk wayang memiliki dua tangan yang bisa digerakkan dengan lebih bebas karena diberi tulang bambu. Dia juga menciptakan Wayang Dagelan atau lawakan Semar, Bagong, Cengguris dan Cantrik. Konon, pada masa itulah karakter Bagong dilarang muncul oleh Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Lewat lawakannya, Bagong dianggap terlalu ‘lancang’ mengritik kebijakan pemerintah jajahan. Bagong masuk kotak, tapi para dalang yang kreatif melahirkan karakter Cengguris sebagai gantinya.
Kisah perkembangan wayang di Indonesia, sudah ditulis hingga berjilid-jilid buku. Banyak yang dilakukan para pujangga, perupa wayang dan dalang sehingga kita mengenal wayang dalam bentuknya yang sekarang. Lakon digali dan digali terus-menerus, seakan tak habis-habis. Bentuk karakter wayang disesuaikan dan disesuaikan lagi berdasarkan tuntutan zaman. Lakon wayang dan karakter wayang, menjadi harta intelektual yang amat besar nilainya. Menjadi sumber ilham yang sangat inspiratif, ajaran moral yang bermutu tinggi.
Kyai Yosodipuro, Raden Ngabehi Ronggowarsito, Mangkunegoro IV, VI dan VII, adalah tokoh-tokoh yang tercatat sangat berjasa dalam upaya pengembangan kesenian wayang. Patokan lakon yang kemudian disebut pakem, berasal dari hasil kreatifitas mereka. Pakem yang, sesungguhnya, jauh berbeda dengan pakem aslinya dari India. Satu contoh, tokoh para panakawan misalnya, tak ada di dalam Ramayana dan Mahabharata.
Sebagian besar tokoh satria, juga mengalami penyesuaian dengan adat, filosofi dan perilaku bangsa Jawa.
Dalam perjalanan kreatif penulisan lakon, saya bersyukur memiliki babon atau narasumber lakon yang tak pernah habis digali. Mitologi Yunani (Iliad karya Homerus) adalah babon yang pertama. Dongeng-dongeng dari Negeri Cina, menjadi narasumber kedua. Karya-karya William Shakespreare dan Moliere (yang saya anggap sebagai lakon Wayang Inggris’ dan ‘Wayang Prancis’), adalah submer inspirasi yang ketiga. Tapi setiap kali menulis lakon, jika ilham datang dari ketiga narasumber itu, saya sering memandangnya dari sisi karakter lakon wayang. Lalu saya berupaya mengawinkan berbagai energinya sehingga menjadi sinergis.
Jika sumber ilham datang dari lakon wayang (Mahabharata atau Ramayana), saya juga berupaya menyadurnya sehingga kisah menjadi masa kini. Menjadi lakon yang dekat di sekitar kita, milik kita, masalah kita. Bahkan lakon karya Bertolt Brecht pun saya coba sadur lewat jalan pikiran wayang.
Hampir seluruh karakter manusia, plus detilnya, tersirat di dalam lakon-lakon empat babon atau narasumber itu. Intisari lakon sama. Penyesuaian yang dilakukan hanya karena zaman, keadaan, lingkungan dan asesori yang berbeda. Justru yang paling penting adalah tafsir lakon, yang biasanya, malah menjadi roh penggerak energi kreatif ke arah tujuan yang hendak diungkapkan.
Bagi saya, kesenian adalah ‘seni menafsir alam dan kehidupan’. Tujuannya hanya satu ‘berterimakasih kepada alam dan kehidupan’. Apa pun anugerah alam dan kehidupan kepada kita, buruk atau baik, tetap harus disebut sebagai anugerah. Alam dan kehidupan yang dijaga, semoga sudi memberikan anugerah yang bermanfaat. ALam dan kehidupan yang ditelantarkan, bahkan dilupakan, sudah barang tentu akan menuai ganjaran lewat bentuk hukuman yang bervariasi. Nikmat dan azab terjadi akibat perilaku manusia sendiri. Sebuah hukum sebab-akibat. Tapi kita sering lupa diri. Saya percaya, alam dan kehidupan senantiasa berjaga. Sepanjang masa.
Sesungguhnya kita adalah wayang yang digerakkan oleh ‘dalang’. Kita tak berdaya karena alur cerita bukan milik kita. Sebagai wayang, garis nasib ada di tangan ‘dalang’.
Tapi, kadang kita tinggi hati. Sering ‘kerasukan’  Kalika dan ratu setan Durga. Merasa lebih dari ‘dalang’ menganggap diri berkuasa. padahal kita hanya muncul kalau dibutuhkan. Jika tidak, kita tetap tergeletak di dalam kotak. Iklas adalah sikap bijak dalam menjalani lakon hingga ke ujungnya. Pemahaman iklas, bukan berarti menyerah lalu tak berbuat apa-apa. Iklas itu cahaya dari akal budi manusia. Karena lakon manusia sebaiknya terdiri dari rangkaian upaya-upaya kreatif tanpa sikap yang tinggi hati.
Upaya memburu ‘keseimbangan batin’, tersirat dalam lakon-lakon wayang carangan yang saya tulis. Sebagian besar lakon dipentaskan oleh Teater Koma. Maaf. Maaf. Maaf, Wanita-Wanita Parlemen, Konglomerat, Burisrawa, Suksesi, Opera Ular Putih, Kala, Semar Gugat, Republik Bagong, Presiden Burung-Burung, Opera Rama-Shinta, Opera Mahabharata, Opera Anoman dan kini Republik Togog, adalah rangkaian yang tak putus dari upaya-upaya itu. Mungkin sulit diserap dan nampak bagai menaruh setitik debu di gurun pasir luas, menuang segelas air di lautan. Sia-sia.
Tapi apa yang bisa dilakukan selain terus berupaya? Harapannya, semoga ada yang masih memiliki kepeka andalam menimbang, kesadaran dalam bertindak, dan punya akal budi. Keserakahan lahir dari kemunafikan. Dan kehancuran bersumber dari keserakahan. Kitab Zaman sudah mencatat berbagai bukti tentang itu.
Di dalam lakon wayang, Sri Kresna dan Semar menjadi tumpuan segenap harapan. Kedua tokoh itu akan muncul jika Lima Pandawa mengalami kesulitan. Sri Kresna adalah titisan Dewa Wisnu yang piawai dalam mengatur berbagai urusan kenegaraan dan penafsir handal garis nasib yang dipatok oleh para dewa. Sedangkan Semar, meski hanya seorang panakawan (pana=cerdik, kawan=sahabat yang cerdik), diakui punya kemampuan membimbing rohani Lima Pandawa. Jika keduanya tak ada, negara akan gonjang-ganjing.
Pada episode Republik Togog, kedua tokoh panutan Lima Pandawa itu menghilang. Tak heran, jika berbagai kekuatan jahat dengan mudah berhasil merasuki jiwa para satria.
Dan kalau lakon ini merupakan metafora zaman, mungkin akan timbul dua pertanyaan; ‘Apakah kita kehilangan Sri Kresna dan Semar?’ Lalu, ‘Mengapa?’ Sebab, meskipun kedua tokoh akhirnya muncul di akhir lakon, peristiwa itu tetap bagaikan sebuah mimpi di siang bolong. Pemunculan mereka seakan hanya sebuah bonus maya dalam suasana keputus-asaan. Hanya setitik harapan, sat gonjang-ganjing berlangsung terlalu lama. Di dalam kenyataan kini, sesungguhnya, di manakah Sri Kresna dan Semar? Dan apakah kita sungguh-sungguh memiliki keinginan untuk mencarinya? Wahai, Kalika dan Durga masih ‘merasuki’ jiwa. Togog Tejamantri ada di mana-mana.
Lakon wayang, adalah juga lakon tentang manusia. Kepadanya kita bisa berkaca. Tapi, masih adakah niat untuk berkaca? Sudikah kita berkaca?
Terlalu banyak pertanyaan. Terlalu lama menunggu jawaban. ‘Menunggu cahaya Semar dan Sri Kresna, bagai menunggu garuda beranak singa’.
Jakarta, Juni 2004
www.suarakarya.com

Ketika Kebajikan Hilang Kekacauan pun Terjadi

Dari Pementasan “Republik Togog” Teater Koma
HUMOR adalah sebuah sketsa vibrasi keluhan dan potret sosial masyarakat (bahkan juga situasi perpolitikan nasional). Ia menjadi satire, sebuah arena kegetiran yang coba ditumpahkan ke dalam fantasi senyum. Ia menjadi medan penumpahan emphasis (tekanan) keseriusan untuk disatirkan. Tentunya, latar belakang kehadiran humor karena adanya friksi sosio-kultural dan sosio-politis yang menggumpal. Itulah sesungguhnya yang hendak disampaikan Teater Koma dalam pementasan “Republik Togog” di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ), mulai 28 Juli hingga 6 Agustus mendatang.
Togog itu sebenarnya bukan siapa-siapa. Ia hanya rakyat biasa yang dipenuhi ambisi untuk menguasai Kerajaan Amarta. Anehnya, penyamaran Togog menjadi resi (ahli agama- red.) tak disadari oleh Raja Amarta, Samiaji. Sebaliknya, Samiaji–putra spiritual Batara Darma, dewa paling bijak di Khayangan–menuruti apa pun yang diperintahkan, termasuk menjadikan adik tirinya, Sadewa (salah satu dari lima pandawa), menjadi tumbal dengan alasan untuk kemakmuran negeri.
Samiaji seperti “kerbau dicocok hidung”. Pun demikian halnya dengan Dewi Kunti (ibunda Samiaji). Puncaknya, Samiaji berniat menjadikan Tejamantri sebagai putra mahkota sekaligus menjadikannya sebagai suami Roro Parwita, putri angkat Samiaji.
Sayangnya, saat gonjang-ganjing itu bermula, para penasihat spiritual pandawa, yakni Kresna dan Betara Ismaya alias Semar, tengah tak berada di Amarta. Keduanya hilang lejam, tak tentu rimbanya.
Gonjang-ganjing itu semakin parah menyusul campur tangan Betari Durga, sosok jahat yang menginginkan kecantikan untuk kemudian merayu Arjuna. Melalui pelayan setianya Kalika, Durga berhasil menghasut Samiaji agar mau menjadikan Sadewa sebagai tumbal.
Alasannya setali tiga uang dengan yang diumbar Togog, demi kemakmuran negeri Amarta. Padahal, sesungguhnya, tumbal itu semata-mata dilakukan sebagai syarat agar Betari Durga mendapatkan kembali kecantikannya.
Sebenarnya, kejanggalan demi kejanggalan itu sudah dirasakan oleh sejumlah penghuni istana, seperti Limbuk (pelayan Drupadi), Drupada (ayah Drupadi sekaligus mertua Samiaji), dan Raden Gatutkaca. Sekali lagi, Samiaji memang sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya. (Sepertinya ia memang seorang raja yang tak pernah belajar dari kesalahan masa lalu, khususnya saat diliciki Sakuni dalam permainan dadu yang memalukan). Ia seolah menutup kuping terhadap semua nasihat dari para bijak di istana. Dalam hitungan hari, Tejamantri dan Betari berhasil menguasai kerajaan.
Alhasil, berita gonjang-ganjing itu sampai juga ke Kelurahan Karang Tumaritis, tempat di mana para panakawan, Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong, bermukim. Kepedulian kepada nasib bangsa akhirnya membawa para panakawan itu mengunjungi Kerajaan Amarta. Meski rakyat biasa, “titah” Semar punya tuah. Apalagi, kala itu, Semar turut dibantu Sri Kresna yang sekaligus penasihat spiritual Pandawa Lima. Samiaji dan Dewi Kunti pun berhasil kembali disadarkan.
Penyamaran Togog bisa dibongkar. Dan, Roro Parwita dikembalikan kepada kekasihnya, Raden Ariadewa — putera mahkota Kerajaan Girikencana.
**
SEPERTI biasa, Nano mengemas lakon itu dengan humor. Ya, sebuah humor yang matang. Tidak hanya joke-joke ringan, kelugasan wajah, dan gerakan verbalistik yang memancing tawa. Alhasil, humor yang disajikan Teater Koma, tadi malam, mampu meregum piranti kecerdasan sekaligus kejeniusan seorang Nano Riantiarno, sang sutradara. Ia demikian piawai mengakumulasikan energi psikis yang memang diharapkan khalayak penonton.
Dalam produksi teaternya yang ke-103 itu, Nano menyajikan sebuah “penafsiran kembali” lakon wayang yang disebutnya sebagai carangan, versi, atau sempalan. Buktinya, Nano berhasil mengubah sosok Betari Durga yang ganas sekaligus kejam menjadi sosok gemulai yang kebanci-bancian. Ia berhasil mengubah Gatutkaca yang ksatria santun dan hemat bicara menjadi sosok yang berkepribadian Batak. Ia pun “mengacak-acak” sosok para panakawan menjadi orang Tegal, Jawa, Betawi, dan Sunda.
Sayangnya, lakon itu terasa terlalu panjang. Adegan verbal (dan juga serius) para penghuni istana dirasa amat menjemukan. Meskipun, sebenarnya tak ada yang salah jika dilihat dari faktor penguasaan panggung Cornelia Agatha (Roro Parwita), Ratna Riantiarno (Dewi Kunti), Sriyatun Arifin (Drupadi), Salim Bungsu (Kresna), maupun puluhan pemain lainnya. Untungnya, Nano berhasil menyulap lakon panjang itu menjadi “berwarna” menyusul kehadiran sosok jenaka dalam diri Limbuk (Tuti Hartati), Gatutkaca (Vincentius Ramco Sinaga), maupun para panakawan. Meski tak sering, pengunjung tampak selalu menunggu kehadiran gerak-gerik dan ucapan konyol mereka.
Tema tunggal yang hendak disampaikan Teater Koma lewat “Republik Togog” itu adalah sesungguhnya manusia tak lebih dari wayang yang digerakkan oleh dalang. Manusia tak berdaya karena memang alur cerita bukan milik manusia. Sebagai wayang, tentu garis nasib berada di tangan dalang. Akan tetapi, terkadang manusia tinggi hati dan sering “kerasukan”. Merasa lebih dari dalang, manusia menganggap diri berkuasa.
Pada episode “Republik Togog”, kedua tokoh panutan Lima Pendawa itu menghilang. Tak heran, jika berbagai kekuatan jiwa para satria jadi melemah. Jika lakon tersebut hendak dijadikan metafora zaman, mungkin akan timbul dua pertanyaan “apakah sesungguhnya Indonesia kehilangan Semar dan Kresna?” lalu “mengapa?” Soalnya, meskipun kemudian kedua tokoh itu hadir (dan menyelesaikan masalah di Amarta), peristiwa itu tetap bagaikan sebuah mimpi. Pemunculan kedua tokoh itu hanya sebuah “bonus maya” dalam suasana keputusasaan.
Hanya setitik harapan, saat gonjang-ganjing berlangsung terlalu lama. Togog itu ada di mana-mana. Dia mungkin masih menyelusup, menyihir, sekaligus memprovokasi. Ia menjelma sebagai politisi. Ia menjelma dalam sosok pejabat. Bahkan, ia menjelma menjadi ulama. Tak heran, jika kemudian kekacauan itu selalu ada. (Hazmirullah/”PR”)***
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0704/29/0104.htm
29 Juli 2004

Goro-goro